Dalam perjalanan hidup semua mengalami banyak perkembangan. Bukan secara fisik semata tetapi banyak hal yang dipaksa harus ikut berubah, demikian halnya dengan pola pikir yang mau tidak mau kena dampak dari era globalisasi yang kian maju. Perkembangan dalam segala hal membawa dampak baik positip dan negatip. Alangkah bijak ada keseimbangan dalam menyikapi dampak dari setiap perkembangan yang ada.
Beberapa berita yang ditayangkan di media online atau media massa sedikit banyak menimbulkan kekhawatiran. di beberapa negara yang selama ini dipercaya memiliki reputasi bagus dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini banyak diguncang oleh beragam skandal. Singapura contohnya.Pendidikan di Singapura diperhitungkan di tingkat dunia. Bahkan untuk bidang tertentu Singapura lebih unggul dibanding Amerika .kasus korupsi di dunia pendidikan, percabulan, skandal guru dan siswa yang belum lama terkuak membuat banyak orang tua sedikit was was .Moralitas sudah tergeser.
Di Indonesia sendiri pendidikan masih menjadi bagian yang dianggap mahal. Meski bantuan pemerintah selalu meningkat tiap tahunnnya hal tersebut tidak bisa merubah dunia pendidikan kita lebih nyaman. Sekolah gratis belum bisa dirasakan oleh semua penduduk Indonesia, padahal pendidikan hal terpenting dan menjadi pilar bangsa ini. Memprihatinkan ada beberapa sekolah negeri yang seharusnya meng-gratis-kan anak didiknya tetapi dengan alasan tertentu tetap meminta bayaran sukarela tiap bulan. Kapan bangsa ini akan pintar kalau belajar saja susah? Tak sedikit orang tua mengeluh dan bahkan banyak yang putus asa.
Tapi amat disayangkan, banyaknya tawuran pelajar telah menodai pencitraan di dunia pendidikan Indonesia. Dari tahun ke tahun sepertinya tidak bisa dihentikan, atau sudah menjadi gaya hidup pelajar Indonesia. Korban nyawa sudah tak terhitung lagi, dengan kematian pelajar di Jakarta Selatan berharap peristiwa-peristiwa tragis itu tak terulang.
Sepintas ada pertanyaan..tanggung jawab siapakah ini? Tak bisa dipungkiri guru memiliki beban untuk mendidik dengan baik dan benar dan orang tua menjadi dasar mereka berpijak dalam mencari ilmu.
namun seiring tuntutan jam pelajaran yang meningkat, beban siswa semakin banyak pula. Tidak sedikit mereka hanya bertujuan ke sekolah mencari ilmu, pintar dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun ada beberapa yang belakangan ini melupakan tentang pentingnya perkembangan moralitas. Era 20 tahun silam dimana siswa sangat hormat dengan guru sebagai pendidik, sekarang ini mulai luntur. Bukan hanya di tanyangan sinetron siswa berani dengan guru, tidak hormat. dalam dunia nyata di sekolah sudah banyak dijumpai hal hal seperti itu. 5 - 8 jam per hari anak belajar di sekolah, orang tua sibuk kerja mungkin hanya beberapa jam bisa bertemu anak. Dengan demikian keduanya membawa dampak bagi siswa. Alangkah indahnya apabila pendidikan moral di sekolah lebih ditingkatkan lagi. mungkin ada kurikulum di luar pelajaran agama yang bisa membetuk moral siswa lebih baik dalam bersosialisasi.
Sebagai siswa harus ditekankan pentingnya moralitas, baik dalam kelurga atau di lingkungan sekolah . Jangan sampai orang tua yang sudah berjerih payah mencari uang untuk anaknya sekolah, namun tidak dihargai dengan dalih tugas dan beban yang banyak di sekolah.
Kiranya orang tua dan guru di Indonesia memiliki kerinduan untuk semakin mempercantik moral, demi kehidupan generasi penerus kita. Semoga
Beberapa berita yang ditayangkan di media online atau media massa sedikit banyak menimbulkan kekhawatiran. di beberapa negara yang selama ini dipercaya memiliki reputasi bagus dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini banyak diguncang oleh beragam skandal. Singapura contohnya.Pendidikan di Singapura diperhitungkan di tingkat dunia. Bahkan untuk bidang tertentu Singapura lebih unggul dibanding Amerika .kasus korupsi di dunia pendidikan, percabulan, skandal guru dan siswa yang belum lama terkuak membuat banyak orang tua sedikit was was .Moralitas sudah tergeser.
Di Indonesia sendiri pendidikan masih menjadi bagian yang dianggap mahal. Meski bantuan pemerintah selalu meningkat tiap tahunnnya hal tersebut tidak bisa merubah dunia pendidikan kita lebih nyaman. Sekolah gratis belum bisa dirasakan oleh semua penduduk Indonesia, padahal pendidikan hal terpenting dan menjadi pilar bangsa ini. Memprihatinkan ada beberapa sekolah negeri yang seharusnya meng-gratis-kan anak didiknya tetapi dengan alasan tertentu tetap meminta bayaran sukarela tiap bulan. Kapan bangsa ini akan pintar kalau belajar saja susah? Tak sedikit orang tua mengeluh dan bahkan banyak yang putus asa.
Tapi amat disayangkan, banyaknya tawuran pelajar telah menodai pencitraan di dunia pendidikan Indonesia. Dari tahun ke tahun sepertinya tidak bisa dihentikan, atau sudah menjadi gaya hidup pelajar Indonesia. Korban nyawa sudah tak terhitung lagi, dengan kematian pelajar di Jakarta Selatan berharap peristiwa-peristiwa tragis itu tak terulang.
Sepintas ada pertanyaan..tanggung jawab siapakah ini? Tak bisa dipungkiri guru memiliki beban untuk mendidik dengan baik dan benar dan orang tua menjadi dasar mereka berpijak dalam mencari ilmu.
namun seiring tuntutan jam pelajaran yang meningkat, beban siswa semakin banyak pula. Tidak sedikit mereka hanya bertujuan ke sekolah mencari ilmu, pintar dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun ada beberapa yang belakangan ini melupakan tentang pentingnya perkembangan moralitas. Era 20 tahun silam dimana siswa sangat hormat dengan guru sebagai pendidik, sekarang ini mulai luntur. Bukan hanya di tanyangan sinetron siswa berani dengan guru, tidak hormat. dalam dunia nyata di sekolah sudah banyak dijumpai hal hal seperti itu. 5 - 8 jam per hari anak belajar di sekolah, orang tua sibuk kerja mungkin hanya beberapa jam bisa bertemu anak. Dengan demikian keduanya membawa dampak bagi siswa. Alangkah indahnya apabila pendidikan moral di sekolah lebih ditingkatkan lagi. mungkin ada kurikulum di luar pelajaran agama yang bisa membetuk moral siswa lebih baik dalam bersosialisasi.
Sebagai siswa harus ditekankan pentingnya moralitas, baik dalam kelurga atau di lingkungan sekolah . Jangan sampai orang tua yang sudah berjerih payah mencari uang untuk anaknya sekolah, namun tidak dihargai dengan dalih tugas dan beban yang banyak di sekolah.
Kiranya orang tua dan guru di Indonesia memiliki kerinduan untuk semakin mempercantik moral, demi kehidupan generasi penerus kita. Semoga
